My first love
Nampak sebuah kekeliruan jika seseorang tidak tahu apa
itu cinta, tidak merasakan apa artinya cinta, tidak menjadi salah satu actor
cinta, menjadi pejuang cinta, perintis cinta dan merasakan anugerah yaitu
dicintai dan mencintai seseorang dengan tulus dan sepenuh hati. Rasanya kurang
lengkap kalau tidak kuceritakan kisah cintaku, dan alasanku yang cukup sederhana menceritakan kisah cinta
ini, agar orang lain juga dapat merasakan indahnya cinta. Dan dapat mengetahui
cinta dari kisahku ini.
Kisah
cintaku akan kuceritakan dan kutuangkan disini agar para pujungga dan penikmat
cinta lainya dapat merasakan juga apa itu cinta dan kesungguhan cinta sejati
yang pernah kualami dan kurasakan.
Cinta,
adalah sesuatu yang dapat membuat orang mabuk dibuatnya. Jika cinta adalah
suatu ilmu pengetahuan, cinta tanpa harus dipelajari, dan berguru pada
siapapun, adalah ilmu yang datang dengan alami, datang dengan damai dan dapat
dengan mudah dan cepat dipahami dan dikuasai oleh siapapun. Tidak perlu jauh
jauh untuk mempelajari cinta, karna sesungguhnya diri kita sendiri adalah guru
atau pakar cinta untuk diri kita sendiri. Kita mampu merasakan cinta, mengerti
cinta, mencintai seseorang tanpa belajar terlebih dahulu sebelumnya. Sungguh
luar biasa seseorang dapat mencintai tanpa berguru pada siapapun, karna pada
waktunya nanti, pada saat kita merasakan cinta, disitulah kita mulai belajar,
belajar mengerti cinta, belajar memahami apa arti cinta, dan mulai mengerti
tentang cinta. Sikap tindakan serta tutur kata, serta ucapan yang sangat lembut
ditambah perilaku manja akan selalu menghiasi kisah cinta seseorang. Siapa yang
menyadari kalau dirinya sedang dilanda asmara, siapa yang tahu kalau dirinya
sedang jatuh cinta, takan ada satupun manusia yang sadar, tahu dan mampu
mengendalikan dirinya ketika ia sedang jatuh cinta. Sungguh cinta merupakan
kekuatan yang sangat luar biasa, cinta mampu merubah seseorang untuk menjadi
apapun yang sebelumnya belum pernah ia lakukan dan alami sebelumnya.
Kisah
cintaku kualami ketika masa – masa pubertasi, ya betul sekali mersakan cinta
pertama amatlah menyenangkan dan menjadi sebuah penantian setiap pujangga
asmara. Karna dari cinta pertamalah seseorang dapat belajar mengerti, memahami
dan mengetahui arti cinta yang sebenarnya.
Kisah cintaku dimulai pada saat duduk dibangku kelas
tiga, menengah pertama, berawal dari salah kirim pesan, yang berujung pada
menyatunya sebuah ikatan janji untuk selalu bersama setia dan selamanya,
sehidup semati. Itulah janji cinta pertama yang kuungkapkan pada kisah cintaku
yang pertama. Sungguh siapapun itu, pasti akan merasakan betapa anugerah,
keajaiban cinta pertama merupakan permulaan dari segala sesuatunya hingga pada
saatnya nanti, di masa yang akan datang,
seseorang akan menjalin hubungan yang seutuhnya. Karna belajar dari cinta
pertamanya.
Kusadar, seseorang yang baru menjalin hubungan agak
terlihat sedikit beda dan lain, tidak seperti hubungan atau kisah pada umunya.
cintaku ini begitu mudahnya datang kepada diriku, dan begitu mudahnya pula
kusampaikan kepada orang yang kucintai. Awalnya kutakpernah mengetahui apa itu
cinta,kugaris bawahi, arti dan makna
cinta kuketahui, sebatas pengetahuan mendasar yang tak bisa di pertanggung
jawabkan. Dan ditiru.
Bermula pada pesan singkat yang sebenanrnya tidak
kutunjukan kepada wanita itu, dan pada akhirnya wanita itu menjadi pacaraku. Hanya
dalam waktu sehari dia menjadi kekasihku. Berawal dari kita saling sama – sama
merasakan kenyamanan satu sama lain. Sungguh ironi dan tindakan yang yang tidak
untuk ditiru, sehari setelah berbincang via pesan singkat, dia sudah resmi
menjadi kekasihku, ditambah lagi,
keunikanya adalah aku dan dia belum saling mengetahui dan bertatap muka,
sekadar tahu nama, dia kelas 9e dan dia mengetahuiku kelas 9f sebatas itu
pengetahuanku kepadanya dan sebaliknya. Pada saat itu keesokan harinya ketika
dipersatukanya sepasang kekasih yang sama – sama belum mengetahui satu sama
lain ini bertemu, di kantin sekolah, perasaanku sungguh senang bukan kepalang,
melihat wanita yang ternyata itu adalah kekasihku, Cahya Wulan Ayu Kemuning.
Nama lengkap cinta pertamaku itu. Wnita Cirebon, kota kelahiranku, dan usianya
tak terpaut jauh denganku hanya sekitar 20 hari saja. Dia sosok wanita yang kutahu, wanita yang
keras pendirianya, susah kuberitahu, dan susah mengalah dalam hal apapun, tapi
dibalik semua itu, dia adalah wanita yang sederhana, wanita yang simple, apa
adanya, dan sebenarnya wanita yang tidak menuntut apapun terhadapku, dan salah
satu wanita yang paling sederhana yang kukenal. Atau mungkin karna dia berasal
dari desa, sehingga menyebabkan dia seperti itu. Entahlah pikiranku belum
sampai pada tahap untuk itu pada masa itu.
Pada saat itu, pertama kalinya kuberanikan diri,
kutemui kekasihku di kantin sekolah, pikiranku sudah subjektif saja, sama
sekali tak terfikir olehku bagaimana dia, sosoknya seperti apa dia, sungguh yang
ada dalam pikiranku hanya bertemu denganya, itu saja. Pertemuan pertama itu
akhirnya terjadi disaat bel istirahat pertama, sungguh bel sekolah itu akan
menjadi saksi bisu yang akan selamanya mengenang kisah pertemuan antara dua sejoli
ini.
Setelah kita bertemu dan berbincang panjang lebar,
diwaktu istirahat yang singkat ini, sungguh tak bisa banyak bicara kepadanya,
diriku yang sesungguhnya keluar disitu, pemalu dan terkesan tidak terlalu
berbicara yang berlebihan, namun sesungguhnya hanya saat itu saja saya seperti
itu. 15 menit terlewat begitu saja, tanpa terasa dan akhirnya terpaksa kuakhiri
obrolan singkat ini, dan kujanjikan kepadanya “kutunggu kamu bel pulang nanti
didepan kelas” belum ada yang mengetahui hubunganku dengannya, baru tersebar
dan teman teman sekelasku tahu ketika aku menunggu didepan kelasnya pada saat
bel pulang.
Tidak terlalu dekat ku menunggunya, hanya berdiri
sekitar 30 meter dari kelasnya, menandakan bahwa diriku masih pemalu dan tidak
berani, sifat asliku terlihat pada saat itu. Bel sudah kudengar, itu artinya
janji pertama yang kubuat harus kutepati untuk bertemu denganya seusai bel
pulang sekolah didepan kelasnya. Akhirnya kutepati janji pertamaku itu.
Kulihat, kucari dan kuperhatikan bubaran segerombolan yang keluar dari kelas
itu, namun tidak kutemui dia didalam kerumunan itu, selang beberapa menit
kemudian kulihat sama sekali tidak ada gerak gerik darinya, dan akhirnya dengan
penuh kepanikan dan rasa gemetar yang kurasa, kuberanikan diri untuk mendekati
kelasnya dan memastikan dia, setelah kupaksakan diri mendekati ruang kelasnya,
kulihat dari balik jendela, dia sedang duduk terdiam dengan temanya, seperti
menunggu seseorang. Kupanggil saja, dari jendela wulan, wulan, wulan, akhirnya
ia mendengar dan terlihat raut diwajahnya yang bergembira, dan ia berjalan
terlihat seperti malu malu dan agak terdengar bisikannya kepada temanya,”pulang
duluan ya” dengan semangat kuhampiri didepan pintu kelasnya, dan bodohnya diriku, kata pertama yang kuucap adalah ‘lagi apa
kamu?” sungguh diriku saja yang sampai saat ini masih mengingat itu, sebagai
pengalaman yang tidak bisa kulupakan.
memang benar
cinta pertama itu sulit dilupakan, dan kuakui tidak dapat kulupakan masa – masa
itu, masa – masa dimana kupaksakan diri untuk berinteraksi dengan lawan jenis
untuk pertama kalinya secara intensif. Sungguh yang kuingat adalah masa –
masanya dan tingkah laku diriku ini bersamanya pada saat itu. Seingatku, dia
merupakan sesosok wanita yang memilki karakter yang tidak dimiliki wanita lain,
tidak terlalu banyak menuntut apapun kepadaku dan sangat sederhana.
Akhirnya janji pertamuku kepadanya tercapai yaitu
pulang bareng. Dimulailah dimana keteganganku dan ketidaktahuanku melakukan
apa. Sekolahku dengan jalan raya berada cukup jauh sekitar 500 meter. Walau
jauh terasa, keseharianku melewati jalanan ini tidak terlalu lama dan terasa
begitu cepat, namun entah mengapa pada saat itu, perjalananku denganya begitu
terasa jauh dan amat panjang. Dalam perjalanan perlahan dan kucoba untuk memegang
dan meraih tanganya, namun sekali lagi ketidak beranianku menghalangiku, hingga
sampai akhir perjalanan aku dan dia berjalan tanpa bergandengan tangan tidak
seperti pasangan yang lain. Mungkin ini yang namanya cinta pertama, cinta yang
tidak tahu harus apa dan bagaimana. Sesampainya dijalan raya, kutunggu dia
hingga mendapatkan angkutan umum, berhubung rumahku dan rumahnya satu arah
hanya berbeda jarak, jadi kuputuskan untuk menemaninya pulang dan sembari
ngobrol – ngobrol. Diangkutan kami begitu dekat karna duduk berdampingan dan
berdesakan, karna pada saat itu angkutanya sedang penuh sesak anak sekolah.
Ketika akan sampai didepan rumahnya dia mencoba bilang kepadaku, mau kemana
habis ini, dan dia bertanya kepadaku, kamu mau main kerumah aku?. Tanyanya
kepadaku sambil tersenyum kecil. Kubilang padanya, maaf aku gabisa karna aku
ada tugas untuk besok, jadi lain kali saja. Dan tiba dimana dia harus
memberhentikan perjalananya bersamaku dan berpamitan denganku. Anehnya lagi
ongkos angkutanya dia yang bayar, katanya biar sekalian aja aku yang bayar,
ucapnya. Tanpa panjang lebar kutidak bisa menolaknya. Dan akhirnya sesampainya
dirumah, sekejap dan terfikir olehku, seharian kumemikirkanya. Apakah
tindakanku ini salah. Tanpa mengenali lebih dulu orang yang akan menjadi
pacarku, namun diriku sudah nekat mengajaknya berpacaran. Bahkan kurasa ini
suatu tindakan yang salah, sempat terbesit untuk kubilang padanya, untuk
menjajaki masa pengenalan terlebih dahulu, namun percuma saja. Sudah terlanjur
dan semua sudah terjadi, tanpa berfikir panjang dia sudah menjadi pacarku. Dan
sedikitpun sebenarnya tidak ada rasa mencintai bahkan menyayanginya. Ini semua
berjalan begitu saja tanpa kubilang kepada siapapun karna kupikir masa pacaran
anak smp ya seperti itulah. Tidak ada kesungguhan yang mendasari mereka
berpacaran, sebatas iseng dan gengsi dan akhirnya berpacaranlah kedua sejoli
yang tidak tau menau makna sesungguhnya cinta sejati.
Benar saja dugaanku, dalam waktu seminggu yang kudapat
hanya kejenuhan dan ketidak tahuan ingin berbuat apalagi.dan beginilah ketika
suatu hubungan tidak dilandaskan atas nama cinta dan kasih sayang akan berakhir
pada perpisahan juga, seminggu setelah hubungan berlangsung, seperti sudah
tidak ada giroh lagi untuk melakukan segala sesuatunya, terlihat dari gerak
geriku, rasa jenuh dan ketidakpastian menjadi boomerang tersendiri dan
bersemayam didalam benak ini, ingin rasanya kuakhiri namun ada rasa yang sangat
besar mengganjal semua itu, entah rasa apa yang mampu mengganjal niatanku untuk
mengakhirnya.
Hubungan dalam minggu kedua, aku dan dia, selama
seminggu selalu pulang bersama dan naik angkutan umu bersama, seperti itu
terus, tentative dan tidak berubah dan tidak ada perubahan.
Yang kuingat momen yang benar benar kualami dan
kulakukan denganya hanya sebatas meraih dan menggemgam tanganya, pada saat itu
waktu pulang sekolah, kuberanikan diri untuk menggandeng tanganya sampai jalan
raya, dan sensasi yang kurasakan saeperti sedang berada dalam wahana adrenalin
ya belum pernah kucoba, dari jalanan yang kulewati, semua orang nampak melihat
kita berdua, terlihat membicarakan dan terdengar denguman orang sekitar yang
kulewati. Seketika fikirku berubah, dan kuputar otak, betapa seharian kumemikirkan
ini, tak sedekat ini rasanya, belum pernah kurasakan sebelumnya berdua dengan
wanita, dan kuperlakukan dengan lembut. Sejenak kuberfikir untuk dapat
bertahan, dan terus menjalankan hubungan denganya, dan hubungan ini, hubungan
yang kujalani sama sekali tidak ada campur tangan kawan – kawan atau teman dekatku.
Sejak saat itu selalu terfikir olehku, seorang pria
terbukti kegantenganya, bila dia sudah memilki pasangan. Namun ada yang salah
dari secuplik kata itu, diriku ini tak setampan yang kubayangkan dan
kuharapkan, hubungan yang kujalani bukan dari cinta yang datang, dan ketulusan
tidak pernah kurasakan saat menjalani hubungan ini. Suatu hari saya berfikir
dan mungkin inilah yang akurat, kenapa saya bisa menjalankan hubungan ini,
menjalankan hubungan seperti ini, tanpa dilandaskan dari kasih sayang dan cinta
yang tulus. Namun saya mampu bertahan dengan menjalankan hubungan ini. Sungguh
keegoisan saja yang kudapat, hanya ingin mendapat suatu drajat kedudukan, saya
membutakan arti cinta. Menciderai suatu hubungan yang sakral, terlalu
berlebihan memang terdengarnya, melihat hubungan saya denganya baru sebatas
pacaran dan itupun belum terlampau lama. Namun itulah yang kurasakan. Diriku
yang dahulu sudah merasakan betul pergulatan hati mengenai kekeliruan cinta
yang kualami pada saat itu. Apakah ini suatu penderitaan, sebuah ikatan asmara
yang kujalani sudah selayaknya tidak keteruskan, kuhentikan saja seharusnya
dari awal. Agar tidak ada yang tersakiti terlalu larut lagi. Dalam sudut
pandang lain, kumerasa, kalo diriku ini egois, karna sungguh tidak sepintaspun
terbesit dalam benak dan pikiranku ini namanya, nama kekasihku, tak ada.
Sungguh malang niang nasib yang sedang kulaami, sebegitunyakah tuhan memberikan
suatu ujian terhadap mahluknya. Kisah cintaku tidak sejauh apa yang kuharapkan,
dan kuinginkan, kutidak pernah mengetahui betul seberapa dalam perasaan yang
dimilki olehnya, dan sama sekali tidak pernah kutanya itu padanya, keegoisanku
semakin nampak saja, ketika hubungan yang sudah berjalan sekitar tiga minggu
harus terpaksa kuakhiri begitu saja, berat memang kurasakan, tapi memang harus
seperti inilah, pahit manis akan hasilnya sudah kutelan terlebih dahulu diawal,
sebelum kumemulai hubungan ini denganya, tidak lagi kudengar deringan,
panggilan sayang, puja pujian darinya ketika kuucapkan kata putus, memang
sungguh kejam diriku kepadanya, tanpa sebab kumengatakan itu padanya, terkesan
kumemaksa untuk mengakhiri saja hubungan ini, terlihat tak bersalah dan berdosa
sedikitpun dalam diri ini, secepat kilat kumelupakan tentangnya, segalanya
darinya, apa yang harus kuingat lagi, pemberian atau apapun itu tidak membekas
didalam benak dan pikiranku, kumerasa kepergianya untuk segalanya. Alasanku
meninggalkanya itu sungguh tidak dapat kulupakan dan mungkin banyak dipakai
orang pada umumnya. “tidak mendapat izin dari orang tua’ sungguh tidaklah adil
sebatas itu, kubisa mengakhiri hubungan itu, sempat ada tawaran untuk
backstreet atau pacaran diam diam, tapi segala alasan apapun tidak bisa
kuterima, dan memang ini sudah jalanku untuk mengakhiri hubungan yang sebab mana
tidak kuamini hubungan ini.
Hubunganku denganya hanya mampu bertahan tidak selama
padi berkembang, tiga minggu dirasa begitu sangat cepat dan tidak membekas
bagiku, dan mungkin juga baginya. Karna tidak pernah kubertemu denganya selain
dilingkungan sekolah, hanya disekolahlah kita bertemu dan memulai interaksi
satu sama lain. Hubungan yang belum genap satu bulan inilah dirasa cukup untuk
memulai hubungan yang baru, yang diharapkan tidak akan terulang kembali
hubungan yang sebenarnya tidak kuinginkan.
Beberapa hari atau minggu kemudian, kabar bahwa saya
berpacaran denganya sudah terdenagr dimana mana, sampai sampai orang yang ada
disekitaran rumah mengetahuinya bahwa saya pernah memilki hubungan dengan wulan
dari desa tetangga. Memang desaku denganya terlampau jauh, namun inilah
kenyataan yang harus kuterima. Berakhirnya hubunganku denganya bukan berarti
berakhir pula hubungan interaksiku denganya. Tak pernah sedikitpun ada rasa
untuk membencinya dan untuk memusuhinya, rasa untuk menjauh darinya sama sekali
tidak ada dalam jiwaku, namun tetap dalam kendali dan kontrolku juga, agar
tidak terlalu dalam dan larut dalam suasana dan mencegah kembalinya lagi hubungan
antara diriku dengan wulan.
Kisahku dengan wulan memang tidak selama hitungan
bulan bulan masehi pada umumnya, namun luka yang membekas yang dirasakan wulan
kutahu betul, melebihi dari itu. Karna kutahu dari teman – temanya. Ternyata
dia menjalani hubungan denganku pada saat itu memang dilandaskan cinta, namun
sekali lagi tidak pada diriku. Kurasa itu wajar karna diapun berpacaran baru
pertama kalinya. Justru itu, karna saya baru merasakan apa itu hubungan, apa
itu pacaran dan apakah itu wanita kesanyangan, sungguh sama sekali tidak
kurasakan rasa cinta dan menyayangi. Dan
kurasakan didalam dirinya. Lebih baik kuakhiri hubungan denganya daripada
kuterus membiarkan, membohongi diri sendiri dan membohongi dirinya bahwa diriku
ini tidak mencintainya.
Hubunganku dengan wulan merupakan hubungan tercepat
yang kujalani, dengan tanpa sebab mampu bertahan dengan hubungan palsu ini, ini
sungguh bukan merupakan suatu keinginan dan harapanku, harapan siapapun juga,
selayaknya manusia pada umunya yang mengharapkan cinta pertamanya akan berjalan
sampai kepelaminan dan setidaknya berkesan dan memiliki suatu cerita, namun
bukan pada kisah cinta pertamaku yang kualami.
Tapi kujadikan betul pelajaran terbaik, yang pernah kualami, kurasakan
bahwa hubungan yang tanpa sebab ini akan menjadi bekal penting ketika saya akan
menjalin suatu hubungan yang memang didasari rasa cinta dan kasih sayang.
Kuberjanji pada diriku ini, tidakan terulang lagi kejadian seperti ini yang
membuatku malu sendiri, terasa diriku ini seperti menyiksa diri snediri,
menyiksa perasaan jiwa sendiri.
Kucoba untuk tidak larut kedalam masa awal kisah
cintaku, kisahku selanjutnya membutuhkan waktu yang lama dari kisah cintaku
yang pertama. Didalam jiwa ini bersemanyam secerca rasa bersalah yang sekiranya
kuanggap akan kekal dan tidak bisa kulupakan.